Sepucuk Harapan Desa Bukit Unggul

 


Desa Bukit Tunggul (sekarang Bukit Unggul) merupakan salah satu desa yang terletak di kawasan Bandung Barat. Sekitar tahun 2017, desa yang dekat dengan Desa Cibodas ini menjadi salah satu objek wisata yang sering dikunjungi. Daya tarik dari desa yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nasional (PTPN) ini ada pada wisata kebun kina, Curug Sangkur dan Situ Sangkuriang. Selain itu, suasana pedesaan di Desa Bukit Unggul semakin kental dengan hadirnya rumah bilik yang bermotif dan berwarna-warni. Udara dingin pegunungan serta panorama alam yang memanjakan mata membuat siapapun betah berlama-lama di sini. Selain objek wisata, beberapa fasilitas umum juga tersedia di sini seperti musholla, penginapan, dan toilet umum.

Perubahan Beberapa Objek Wisata

Desa Bukit Unggul yang merupakan salah satu desa wisata di Bandung Barat kini telah mengalami beberapa perubahan pada objek wisata. Air terjun yang biasanya keluar dari Curug Sangkur kini sudah tidak ada lagi. Begitu pun dengan Situ Sankuriang yang kini telah berubah menjadi tempat pemancingan warga sekitar.

Meskipun begitu, Desa Bukit Unggul tetap memiliki pesona alam yang memikat. Hingga tahun ini, Desa Bukit Unggul masih suka kedatangan pengunjung terutama dari kalangan mahasiswa yang hendak melaksanakan Diklat. Selain mahasiswa, beberapa pesepeda juga suka terlihat berlalu lalang di desa ini meskipun tidak banyak.

Peran Lembaga Kepemudaan

Meskipun terkenal dengan desa wisata, lokasi Desa Bukit Unggul yang berada di lereng gunung Bukit Unggul ini cukup jauh dengan pusat kota. Hal ini mempengaruhi kualitas pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak desa. Memang, di kawasan desa pun terdapat sebuah sekolah dasar, tapi fasilitas yang kurang memadai menjadi kendala bagi para pengajar. Persoalan ini membuat anak-anak desa mendapatkan pendidikan yang kurang mumpuni. Masih ada beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam membaca sebuah tulisan maupun berhitung. Bahkan untuk seusia kelas lima SD.

Permasalahan tersebut disertai pula oleh lemahnya ekonomi orang tua mereka yang umumnya bekerja menggarap perkebunan sayur. Beberapa warga ada pula yang bekerja di PTPN tetapi hanya sebagian kecil. Umumnya para penduduk desa menggarap perkebunan sayur dan kopi tapi dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Hal ini disebabkan oleh habisnya pepohonan kina yang tumbuh di desa tersebut dan membuat produksi kina berkurang.

Di samping itu, kebiasaan warga Desa Bukit Unggul berkebun dan memanen kina membatasi kemampuan warga untuk mencoba hal baru. Padahal desa ini memiliki banyak potensi alam. Persoalan ini memberikan imbas pada terbatasnya lowongan pekerjaan di PTPN sehingga sebagian besar warga harus mencari penghasilan dari sumber yang lain. Selain bekerja di desa, beberapa warga khususnya para pemuda ada yang memilih untuk bekerja di luar desa.

Julukan desa wisata bagi Desa Bukit Unggul mungkin agak kurang relevan untuk saat ini, mengingat kunjungan para wisatawan tidak lagi sebanyak dulu. Di samping itu, pendapatan dari kunjungan para wisatawan menjadi pemasukan yang tidak seberapa untuk PTPN.

Persoalan mengenai pendidikan dan ekonomi tersebut menggerakan sebuah lembaga kepemudaan bernama Metamorfrosa Indonesia Bandung (MIB). Saya merupakan salah satu relawan yang terlibat dalam lembaga kepemudaan tersebut. Selama kurang lebih enam bulan menjadi relawan dan sebelum datangnya pandemi Covid-19 di Indonesia, saya beserta para punggawa lain mengunjungi Desa Bukit Unggul tiap dua minggu sekali. Tujuan utama kami datang ke Desa Bukit Unggul ialah mengembangkan potensi serta pendidikan anak-anak Desa Bukit Unggul.

Selama kurang lebih empat tahun MIB berjalan, MIB telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi para pemuda khususnya di Kota Bandung. Khusus untuk Desa Bukit Unggul, MIB telah membuat program yang bernama Desa Karya. Salah satu bentuk kontribusi dari MIB dalam program ini adalah membangun Taman Baca Kepompong. Taman Baca Kepompong telah dibentuk sejak batch 3 pada Desember 2019 dan masih berlanjut hingga tahun ini. Setiap batch di MIB memiliki programnya masing-masing tetapi khusus untuk batch 4 difokuskan pada pengembangan Desa Bukit Unggul.

Program yang telah kami buat untuk Desa Bukit Unggul menjurus pada pengembangan dua aspek yaitu pendidikan dan keberdayaan ekonomi penduduk desa. Untuk aspek pendidikan, kami melanjutkan kegiatan di taman baca dengan menyusun silabus-silabus pendidikan untuk anak-anak desa. Program yang kami buat di bidang pendidikan lebih bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi anak-anak desa. Selain itu, kami juga membuka donasi buku untuk melengkapi koleksi di Taman Baca Kepompong serta membenahi bangunanya.

Di bidang keberdayaan ekonomi penduduk desa, kami telah merencanakan sebuah program penjualan hasil bumi berbasis aplikasi. Aplikasi tersebut diharapkan dapat memudahkan penduduk Desa Bukit Unggul menjual berbagai macam hasil bumi dengan jangkauan yang luas.

Selama ini penduduk desa hanya mampu memanfaatkan tengkulak sebagai penyalur hasil bumi. Tapi harga yang ditawarkan para tengkulak tidak begitu tinggi. Kami berharap melalui aplikasi yang kami rencanakan para penduduk bisa menjualnya secara mandiri pada distributor atau langsung pada konsumen. Namun sayang, pandemi Covid-19 mengharuskan rencana kami tertunda untuk sementara waktu hingga pandemi ini berakhir.

Pelajaran Berharga

Selama saya bergerak bersama rekan-rekan saya di MIB, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan. Salah satu yang terpenting adalah tentang rasa kepedulian dan kepekaan sosial. Di tengah riuh ramainya Kota Bandung ternyata masih ada sisi lain yang perlu mendapatkan perhatian. Di sinilah peran para pemuda sangat diperlukan untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan sosial masyarakat terpencil khususnya desa.

Desa Bukit Unggul sendiri memiliki banyak potensi alam yang masih terpendam. Kurangnya minat penduduk desa untuk mengelola menjadi tugas utama kami untuk membuka wawasan mereka. Melalui perencanaan yang sedang dimatangkan di tengah pandemi Covid-19 kami berharap Desa Bukit Unggul bisa berubah. Tidak hanya peningkatan pada ekonomi dan pendidikan, tapi juga kesadaran penduduk desa untuk mencintai sumber daya yang mereka miliki.

Komentar

Posting Komentar